Header Ads

Teknologi Pure yang Pro Petani

Jatinangor, BPPM -- Perubahan zaman diikuti pula arus globalisasi, dan dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2000 tentang pasar bebas, membuat barang-barang dari luar negeri bebas masuk ke negara Indonesia. Salah satunya adalah buah-buahan impor yang dijual di Indonesia dengan harga yang relatif murah. Ini membuat para mahasiswa berfikir bagaimana caranya agar petani lokal tidak kalah saing dengan adanya buah-buahan impor murah dari luar negeri. Dengan begitu Dwi salah satu dosen FTIP Unpad bersama mahasiswanya menciptakan sebuah teknologi pure.

Teknologi pure yaitu pulping buah, buah yang di hancurkan menjadi bubur, maksud dari buah menjadi bubur agar ketersedian buah tersedia sepanjang masa, tanpa mengurangi khasiat dari buah itu sendiri. Sebelum ada teknologi pure biasanya buah menjadi terbengkalai pada saat panen raya dan membuat nilai buah menjadi sangat turun harganya.

Penelitian ini sudah berjalan selama tiga tahun. Sekarang sudah dapat memperkerjakan sedikitnya orang-orang dari daerah sekitar yang sempat menjadi pengangguran. Penelitian ini juga melibatkan ratusan petani.

Selain dalam bentuk bubur, bisa diolah lagi menjadi jus, fla, dan makanan-makanan lainnya. Awalnya para petani menjual buah pada saat musim panen saja, dan buahnya dihargai sangat murah. Karena komoditas buah yang menjadi rendah tersebut, makanya bagaimana cara kita untuk meningkatkan nilai tambahnya, petani pun akan lebih senang. Orang-orang akan membeli buah dengan harga yang wajar, buah ini pun akan tahan lama.

Dengan teknologi ini membantu petani untuk lebih merasa tenang, karena dengan membuat buah menjadi bubur dalam jumlah besar, ketersedian mangga atau beberapa buah yang lainnya akan ada dalam setahun penuh.

Petani yang biasanya menjual harga sangat murah ketika panen, sekarang dapat menjual dengan harga buah yang wajar, sesuai yang diinginkan para petani. Walaupun sedang tidak musim buahnya, teknologi pure ini masih bisa memproduksi buahnya.

Dalam wawancara ini, Dwi mengatakan bahwa teknologi itu harus memberikan nilai tambah kepada komunitas yang kita punya, misalnya petani dan orang-orang yang pengangguran. Kita harus bersinergi menolong petani, menciptakan wirausaha yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Menciptakan penelitian yang aplikatif untuk memberdayakan masyarakat.

Tidak menutup kemungkinan, buah yang sudah dipure dapat dibuat lagi menjadi makanan ringan, desert, bahkan dapat diolah menjadi parfum, sabun, pasta gigi, dan lain sebagainya. (Resha, Iswandari)

No comments