Header Ads

Propaganda Ingin Jegal Pelaksanaan Pemira, Wadek III Jangan Ikut Campur

Lengkong Besar, BPPM -- Selebaran propaganda yang ditulis atas nama Kelompok Minoritas Kampus dinilai punya kepentingan politis. Tersiar kabar bahwa Wakil Dekan III, Sumardhani, yang melihat selebaran mengatakan kalau proses serah terima jabatan Komisi Pemilihan Umum (KPUM) FISIP Unpas bisa terhambat.

“KPUM sedang dipolitisasi, tentu saja. Apalagi proses sertijab yang sebenarnya sudah lama diperlambat jadwalnya, bisa terhambat lagi gara-gara selebaran kata Wakil Dekan III,” ungkap Ketua KPUM, Fareza, yang mengetahui kabar tersebut dari Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIP Unpas, Algamar, Selasa (7/4).

Indikasi politis adanya pihak yang ingin menjegal pelaksanaan Pemira dikuatkan oleh editor CSS Jurnal FISIP Unpas, Rifqi Fadhlurakhman (HI’12). Menurutnya, propaganda yang disebar tersebut bisa menjatuhkan citra KPUM sebagai penyelenggara Pemira.


“Ini pergunjingan yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan citra KPUM, mungkin menjegal kepengurusan KPUM sekarang. Apalagi yang diserang dalam tulisan bukan mengenai kinerja KPUM sendiri namun malah mempergunjingkan isu yang masih abu-abu. Kalaupun hanya berkumpul bareng, semua orang dari partai apapun berteman,” kata Rifqi.

Lebih lanjut, Rifqi menghimbau Wadek III, Sumardhani jangan ikut campur dalam masalah kemahasiswaan ini, kendati menurutnya tidak masalah jika Wadek III hanya sebatas berkomentar dalam isu ini. “Tapi, jangan sampai memberi instruksi kepada DPM yang punya kewenangan mengatur legal formal KPUM,” tambahnya mengkritisi.

Propaganda dan Sertijab Tidak Ada Kaitannya

Kabar yang mengatakan sertijab KPUM akan terhambat karena selebaran propaganda dinilai tidak masuk akal. Rifqi berharap Wadek III, Sumardhani sebagai pembina Lembaga Kemahasiswaan (LKm) dapat bersikap profesional menanggapi isu netralitas lembaga penyelenggara Pemira.

“Saya kira Wadek III tahu. Ibaratnya ini cuma urusan anak kecil yang lagi berebut mainan dan dia di sini bertindak sebagai pembina. Yang membina LKm memang tugasnya Wadek III, bukan malah ikut campur pada keruh kacau konstelasi politiknya,” tegas Rifqi.

Di lain tempat, hal senada juga dikatakan aktivis perempuan Pertiwi, Ratu Lola (HI’13). Mahasiswi yang akrab disapa Ola ini terheran-heran jika propaganda bisa menghambat proses sertijab KPUM. “Saya rasa Wadek III pasti lebih paham soal ini. Antara sertijab dengan isu jelas tidak ada kaitannya sama sekali,” katanya.

Ola justru mempertanyakan balik apa alasan terkuat dan masuk akal jika sertijab KPUM harus diundur. “Pokoknya jika sertijab diundur, alasannya harus kuat dulu, jangan ada alasan karena propaganda ini,” tambahnya.

Ia pun mendesak supaya DPM tidak terbawa isu pelemahan KPUM. “Seharusnya DPM langsung saja laksanakan sertijab, jangan dilama-lamakan. Kalau peduli kampus, ya selamatkan sertijab KPUM, jangan malah terbawa arus isu netralitas,” tegas Ola dalam wawancara.

Propaganda Amatir

Selain menyinggung diduganya Wadek III, Sumardhani yang turut campur pada isu netralitas KPUM ini, Rifqi editor CSS Jurnal FISIP Unpas juga mengomentari konten selebaran yang ditempel di beberapa sudut kampus FISIP Unpas. Dikatakan Rifqi, propaganda yang dibuat terkesan amatir seperti tidak mampu mengelola informasi yang lebih canggih di abad informasi ini.

“Sementara kalau dari konteksnya, ini jelas untuk kepentingan politik, dan dalam politik ini namanya black campaign. Si propagandis kurang bisa membuat isinya jadi hebat dan jatuhnya malah bodor juga menyedihkan,” cetus Rifqi.

Begitu pun dengan Ola yang menilai isi propaganda tidak jelas apa substansinya. “Masak, cuma gara-gara nongkrong disangka sekongkol. Yang jelas, nongkrong yang mesra itu hal biasa. Sebagai mahasiswa atau lembaga pun, Ketua KPUM dan teman yang ditudingnya punya kehidupan pribadi. Jadi kalau dikaitkan sama politik ya terlalu konyol,” katanya. (Resha)

No comments