Header Ads

Tak Bisa Dibungkam

Opini, BPPM -- Pagi hari di sebuah perkotaan yang padat. Aku nyalakan sebatang rokok dan meminum segelas kopi untuk menemaniku di pagi hari yang lumayan dingin. Saat meresapi rokok dan kopi yang ku teguk aku mulai teringat ayahku. Ayahku adalah seorang penyair ternama di jamannya yaitu zaman orde baru tepatnya 65/66. Di zaman itu adalah era dimana kebebasan itu terlihat cemen. Semua warga Negara nya itu di atur seperti akabri. Serta isu penumpasan PKI sampai ke akarnya.

Aku masih ingat ketika kejadian dimana ayahku hilang tanpa jejak dan kabar hingga saat ini. Sore itu selepas adzan ashar ayahku baru pulang ke rumah, ia masuk dan mengusap usap kepalaku. Tak lama kemudian ada tiga orang berbadan tegap datang kerumah dan mencari ayahku. Ayahku menemui mereka dan ikut dengan mereka. Hasilnya ayahku tak pernah lagi menunjukan batang hidungnnya ke rumah ini.

Sampai sekarang aku masih mencari ayahku dan siapa yang bertanggung jawab atas hilangnnya ayahku.

Tahun demi tahun ku jalani tanpa adanya seorang ayah yang mendampingi aku dan ibuku. Aku yang saat itu belum mengerti apa apa hanya bisa diam dan tak banyak bertanya pada ibuku. Hingga sekarang aku mulai tumbuh dewasa. Aku ingin tahu kenapa ayahku tak pernah kembali pulang kerumah. Apakah ia tidak merindukan aku atau ibuku?

ilustrasi/ceritaayah.tumblr
Dan ternyata bukan aku saja yang kehilangan salah satu anggota keluargaku. Terdapat ribuan orang yang bernasib sama denganku yaitu kehilangan sosok yang mereka cintai. Huh.. memang aneh negeri ini, ini sudah seperti negeri yang frustasi. Dimana orang orang cerdas dan membawa pemikiran yang baru untuk Indonesia dibantai habis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Yang membuatku tak habis pikir kenapa sosok pembaharu untuk Indonesia itu harus di bantai oleh orang pribumi? Mereka diciduk dan diculik. Dan tidak pernah dikembalikan kepada keluarganya karena dianggap ancaman bagi Negara.

Apakah kau tak berfikir akibatnya wahai para penguasa yang agung? Seorang ibu kehilangan anaknya. Seorang istri yang kehilangan anaknya. Seorang anak yang kehilangan bapaknya?

Lihatlah wajah wajah yang terbungkus pilu wahai para penguasa!

Mereka menenteng senjata, mereka menembak rakyat. Tapi mereka bersembunyi dibalik benteng yang kuasa. Mereka datang hanya untuk gagal didalam tubuh mereka hanya ada sosok kehinaan yang mereka akan bayar sampai detik manapun.


Kekonyolan yang mereka buat itu bersifat ke kanak-kanakan karena apa yang mereka lakukan itu sudah merenggut nyawa bahkan masa depan anak anak dari korban pembantaian itu.

Aku hanya ingin bertanya untuk apa mereka dibasmi sedemikian rupa?
Dan apa untungnya bagi kalian wahai para penguasa yang merahasiakan ini dari kami?
Kami hanya ingin kebenaran. Kebenaran yang selama ini kami cari. Siapa dalang dari semua ini wahai para penguasa?

Pertanyaan itu akan selalu menagih bagi kalian para pelaku yang menutupi rahasia ini! Suara-suara itu tak bisa di redam. Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan. Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merampok hartamu, dia hanya ingin bicara.
Mereka akan tetap ada dan berlipat ganda. Mereka akan menyiapkan barisan untuk melawan kalian wahai para penguasa. Dan mereka akan memburumu seperti kutukan.


Ray Ilham Akbar
Ilmu Komunikasi 2015

No comments