Header Ads

Bagaimana Rasanya Kuliah di Inggris?

Cover Buku La La La Leeds! yang ditulis oleh Wisnu Prasetya Utomo

Bagaimana rasanya kuliah di luar negeri? Beberapa teman menanyakan pertanyaan ini ke saya. Biasanya saya jawab, “Ya, biasa saja seperti kuliah, cuma di luar negeri.”
(Menjadi Mahasiswa di Inggris, halaman 10)

Buku ini berisi 23 catatan seorang mahasiswa asal Indonesia bernama Wisnu prasetya, tentang pengalamannya kuliah di Inggris. Ketertarikan penulis pada tema buku, sepakbola, sejarah, dan politik membuat buku ini lebih beragam dan bergizi karena ceritanya tidak hanya berkutat soal dunia perkuliahan di Inggris, tapi juga soal keempat tema tersebut.

Cerita soal tema buku, misalnya ada di catatan yang berjudul “Menyusuri Jejak George Orwell”. Dalam catatan itu, penulis bercerita soal pengalamannya menyusuri jejak Orwell, seorang sastrawan terkenal dari Inggris. Penulis menggunakan novel Orwell yang berjudul “1984” sebagai panduan untuk melakukan perjalanan; ke Portland Place, Oxford Street, Senate House, dan lainnya. Menarik bukan? Jalan-jalan dengan menjadikan novel sebagai “tour guide” kita.

Untuk tema sepakbola dan sejarah, misalnya terlihat di catatan berjudul “Dua Stadion yang Membentuk Liverpool”. Di catatan itu penulis bercerita soal pengalamannya berkunjung ke Stadion Anfield. Disana ia membayangkan kembali salah satu peristiwa  besar dalam sejarah sepakbola Inggris, yaitu tragedi Hillsborough tahun 1989, tragedi yang menewaskan 96 orang fans Liverpool akibat tidak sigapnya aparat.

Salah satu Koran paling populer di Inggris, The Sun, punya catatan buruk soal ini. Beberapa hari pasca tragedi, mereka menerbitkan berita berjudul “The Truth”. Berita yang bersumber pada sumber anonim dari polisi ini menyebut yang patut disalahkan dari kejadian ini adalah fans Liverpool karena mereka nonton bola sambil mabuk. Persis dengan narasi polisi yang menyalahkan korban. Akibat berita itu, protes muncul. Komplain dikirim ke kantor mereka, Koran The Sun dibakar di beberapa tempat.

Oleh sebagian orang, ingatan tentang tragedi Hillsborough dirawat dengan cara memboikot Koran The Sun.
  
Untuk tema politik, ada di catatan berjudul “Merayakan Pernikahan dengan Mengusir Gelandangan”. Disitu penulis bercerita soal “Royal Wedding” alias pernikahan keluarga kerajaan Inggris. Acara ini dianggap selalu menarik perhatian publik, beberapa pihak bahkan menyebut ini sebagai pesta rakyat. Yang menarik, penulis mencantumkan riset dari YouGov yang menyebut bahwa 2/3 rakyat Inggris tidak peduli pernikahan ini. Mereka yang tertarik rata-rata berasal dari pemilih partai konservatif dan orang-orang tua.

Juga dibahas soal protes dari beberapa aktivis yang menolak penggusuran para tunawisma. Sebelumnya, salah satu anggota partai konservatif memang pernah meminta aparat untuk mengusir para tunawisma saat hari pernikahan karena bisa “membuat kota yang indah, menjadi tidak menyenangkan”.

Dan untuk tema perkuliahan sendiri, bisa kita temukan di beberapa catatan. Soal kelas yang diliburkan karena dosen ikut demo, soal kehidupan akademik di Inggris yang sangat menuntut inisiatif dan kemandirian dari mahasiswa, atau soal pengalaman penulis bertemu dengan Anthony Giddens, salah satu Begawan[1] ilmu sosial, yang dalam kesan penulis dinilai sangat rendah hati. 

Seperti layaknya catatan pengalaman, tulisan di buku ini mengalir, ringan, dan santai, seperti mendengarkan teman yang sedang bercerita. Membacanya juga tidak mesti berurutan, bisa loncat-loncat sesuka pembaca. Oh ya, judul buku La La La Leeds! ini juga diambil dari salah satu catatan dengan judul yang sama. Leeds adalah nama kota sekaligus kampus tempat penulis belajar.

Identitas Buku
Judul: La La La Leeds!: Catatan Perjalanan Mahasiswa Indonesia di Inggris, Penulis: Wisnu Prasetya Utomo, Penerbit: Buku Mojok, Terbit: Februari 2019 (Cetakan Pertama), Tebal: 173 halaman.



[1] Begawan; orang yang dianggap sebagai peletak dasar dalam bidang tertentu


Azmi

Tidak ada komentar