Header Ads

Ciri Khas Bangsa Hilang? Hancurlah Sudah!


Image result for masyarakat kota individualis


Opini, Dani – Manusia adalah mahkluk sosial yang memerlukan interaksi kepada orang lain. Sebagai bukti pernyataan tersebut saya akan memberikan contoh; kita makan mie instan memerlukan bantuan orang lain. Mungkin kalian semua tidak percaya, oke saya buktikan.

Sebelum mie instan ada di tangan kalian, ada proses pembuatannya yang berbagai tahap. Mulai dari pembuatan mie sampai pembuatan bumbu. Setelah semua beres maka produk akan siap di pasarkan oleh produsen terhadap konsumen (mie yang kamu sering makan). 

Kalian makan mie instan butuh bantuan orang lain, sudah terbukti. Yang menjadi pertanyaan, kenapa kalian terlalu naif bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau berpikir individualis?

Ya, pemikiran individulis sangat berkembang di zaman modern ini, terutama orang yang tinggal di  daerah kota. Masyarakat yang tinggal di kota menjalani hidup mereka masing-masing dan menganggap yang orang di sekitarnya itu tak ada. Kebanyakan masyarakat kota mementingkan kehidupan pribadi dan menyampingkan interaksi dengan orang sekitarnya. Maka tak heran orang  perkotaan dengan tetangga itu tak saling sapa bahkan tak mengenal satu sama lain.

Dengan tidak mengenal  orang sekitar berimbas dengan minimnya interaksi maka jelas individualis makin terlihat di orang perkotaan. Coba kita bandingkan dengan orang yang tinggal di pedesaan. Orang yang tinggal pedasaan hidup lebih memerhatikan sekitar bahkan jika tetangga yang tidak makan pun diajak makan bersama satu rumah. Bukan hanya itu, untuk mengembangkan suatu daerah mereka tinggali semua orang yang berada disana bergotong-royong menggapai tujuannya. 

Orang yang tinggal di pedesaan adalah budaya asli Indonesia maka tak heran kental dengan interaksi dengan sekitar. Maka tak heran pula orang pedesaan akan dekat dengan tetangga mereka bahkan antar desa pun bisa akrab satu sama lain. Kok bisa perkotaan bisa berbeda? Ya, alasan yang pasti individualis di bawa dari dunia barat yang menyampingkan budaya asli Indonesia.

Salah satu faktor kok bisa budaya asli tersampingkan dengan budaya baru contohnya individualis yaitu dari film. Film? Tak percaya? Oke saya jelaskan mengapa dari film, contoh yang diambil yaitu Donald Duck. 

Donald Duck ini selain menghibur anak kecil tapi dibaliknya ada maksud tertentu untuk menanamkan budaya Individualis. Perhatikan dalam serial Donald Duck itu apa ada interaksi dengan tetangganya? Tidak, di serialnya Donald Duck hanya berinteraksi dengan keluarga besarnya saja tak ada interaksi dengan tetangga kiri maupun kanannya sama halnya sekarang orang perkotaan. 

Dari beberapa serial Donald Duck ini orang 'barat' menyebarkan budaya individualis secara tidak langsung atau kita sebut menyisipkan maksud lain melalui sebuah film. Yang kejamnya mereka menanamkannya terhadap generasi muda Indonesia terutama anak-anak yang menjadi orang yang Individualis.

Nah, Pintarnya orang barat menyebarkan budayanya ke seluruh dunia dengan membuat film untuk anak-anak. Orang barat berfikir menanamkanya pada generasi muda budayanya dengan cara menysipkan budayanya di film yang mereka sebar ke seluruh dunia. 

Secara tidak langsung generasi muda Indonesia menirunya dan pada saat anak-anak ini menjadi penurus bangsa maka akan menimbulkan generasi yang individualis bukan gotong-royong. Maka tak heran budaya asli Indonesia tersampingkan oleh budaya luar.

Dengan penyebaran budaya barat yang langsung menyampingkan yang sudah ada, maka masalah ini menjadi masalah besar sosial bagi bangsa. Secara tak langsung budaya asli yang menjadi ciri khas bangsa akan hilang. Yang lebih miris lagi budaya sendiri lambat laun semakin tersisih di negaranya sendiri. Seadainya telah terjadi, siapa yang disalahkan karena ini? Pemerintah?

Dani Setia      
Ilmu Komunikasi FISIP Unpas
2016         

1 komentar: