Header Ads

Nestapa Pedagang Kantin Selama Pandemi


 Bude mengungkapkan keluh kesahnya berjualan di kantin di masa pandemi. Senin (17/10). Foto: Arya. 

Lengkong Besar, BPPM Pasoendan- Pandemi berdampak siginifikan terhadap aspek sosial ekonomi para pedagang di kantin Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Hukum (FH) Unpas. Pada awal masa pandemi seluruh mobilitas masyarakat dibatasi, termasuk sektor ekonomi. Suatu pukulan berat bagi semua masyarakat, termasuk para pedagang kantin yang harus menyambung hidup dari berjualan. Terlebih mereka terbiasa berkontak langsung dengan mahasiswa dan karwayan kampus, sebagai mayoritas konsumennya, menjadi tantangan berarti dikala pandemi.  

Di masa pandemi terdapat lima pedagang yang masih bertahan, dua diantaranya Umi bersama suaminya, biasa disapa Abi. Pun Bude juga bersama Pade. Telah 15 tahun Umi dan Abi berjualan jus dan soto buah. Sedangkan Bude dan Pade terhitung 28 tahun berjualan Mie Ayam dan Batagor. Dapat dikatakan, selama bertahun-tahun mereka menggantungkan sumber pendapatan utamanya terhadap perdagangan di kantin kampus. 

Oleh karena itu ketika pandemi melanda, situasi menjadi sangat sulit, pendapatan mereka menurun drastis. Bahkan Umi mengatakan hampir 90% pendapatannya tergerus, hingga menimbulkan lumpuhnya roda perekonomian. Alhasil mereka mencari cara lain yang lebih relevan di tengah kondisi pandemi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, setidaknya untuk makan. 

Saat itu Umi memilih untuk tetap berjualan, namun tempatnya beralih ke rumah.

”Karena kita mau gimana lagi, harus muterin modal, kalo nggak, kita habis, gak bisa bertahan hidup. Walaupun di rumah ada, tapi gak rame, satu dua, cukup-cukup  lah buat kita makan,” tutur Umi, Senin (04/10).

Lebih jauh lagi Bude dan Pade memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Disana Bude tetap berjualan, dengan jenis yang berbeda, tepatnya sayur-sayuran. Sedangkan Pade bekerja serabutan menjadi buruh bangunan. Selain itu mereka juga menambah pemasukan dengan menjual barang-barang yang dapat terjual.

“Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kita jual yang ada, punyanya apa dijual, yang penting gak ngutang-ngutang dan cukup,” ujar Bude.

Setelah kondisi pandemi sudah mulai menurun, pada bulan Agustus, Umi dan Bude kembali berjualan kembali lagi di kantin. Akan tetapi, situasi yang kontras setelah pandemi, membawa pada efek berkepanjangan. Umi berujar dalam sehari saja, pernah tidak ada yang membeli. 

Pengembangan ruang lingkup usaha dilakukan olehnya, berharap konsumennya semakin meluas lagi, dengan menjual soto buah melalui aplikasi online. “Mahasiswanya juga nggak ada, paling ngeharepin dari jualan online, alumni satu dua kadang ada yang datang,” ungkap Umi. 

Sedangkan Bude yang belum terlalu memahami teknis berjualan online, terpaksa hanya mengandalkan berjualan langsung saja di kantin. Dibantu oleh Pade yang berjualan keliling, "gimana lagi terpaksa Pade harus jualan keliling, walaupun kalau dari usia sebenernya kasihan juga, udah gak kuat," ungkapnya. 

Lebih jauh lagi bantuan sembako dari pihak eksternal, seperti yang telah dilakukan lembaga kemahasiswaan, salah satunya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan para alumni. Bude menuturkan bahwa bantuan tersebut sangat berarti,, apalagi ketika memberi mereka juga seringkali mengecek kembali kondisi terkini kantin terkini. Maka tidak dapat dipungkiri, bahwa hingga saat ini pun mereka masih mengharapkan uluran tangan seperti sebelumnya. 

Tetapi mereka tidak terlalu memaksakan harus demikian, karena paham bahwa kondisi pihak yang membantu juga sama-sama sedang berusaha. Mereka juga menunggu sikap nyata dari pemerintah untuk membantu kebutuhan hidup mereka dikala pandemi secara konsisten, tidak hanya ketika di awal saja. 

Perihal pentingnya menjaga kesehatan sebagai langkah pencegahan dari virus. Umi mengatakan bahwa para pedagang di kantin sudah vaksin, karena pihak RT/RW setempat juga menganjurkan hal itu. Karena bagaimanapun kegiatan jual beli harus tetap berjalan dengan tetap mentaati protokol kesehatan. 

Umi dan Bude berharap agar perkuliahan bisa berjalan normal lagi, “kangen sama mahasiswanya juga kita pengen kaya dulu lagi yang rame, karena kalaupun sesuai dengan prokes, kita harus tetap berjalan,” tutupnya.

Sherani

No comments