Header Ads

Penggusuran Anyer Dalam: Bu Kenapa Harus Dibongkar?


 


Pasca persidangan Selvia bersama anaknya sedang menelepon saudaranya di depan reruntuhan bekas rumah warga Anyer Dalam. Selasa (08/02). Sumber: Sherani.

Lengkong Besar, BPPM Pasoendan - Selvia Nuraeni (32), salah satu warga Anyer Dalam yang rumahnya dibongkar paksa menceritakan tentang situasi terjadinya penggusuran. Jam 7 pagi PT. KAI beserta gerombolan datang ke kawasan Anyer Dalam, sebagai seorang ibu tentu selalu bersama anak dan suami untuk melakukan berbagai aktivitas. Ia sama sekali tidak menyangka akan adanya peristiwa yang menimbulkan luka berkepanjangan. Nahas tindakan tersebut dilakukan sewenang-wenang oleh sekelompok orang dengan alat bantu yang kokoh untuk menghancurkan bangunan rumah-rumah di Anyer Dalam. Di mana merupakan tempat tinggal bagi keluarga mereka, namun tanpa ampun dihancurkan secara merata dan tersisa hanya reruntuhan. 

Akibat penggusuran tersebut memunculkan trauma yang dialami Selvia, namun yang paling mengkhawatirkan adalah kondisi trauma anak-anaknya. Terlihat perubahan sikap dari mereka setelah proses terjadinya penggusuran yang terus tertanam dalam ingatan mereka. 

"Dia itu punya mainan beko, kalau lagi main selalu bilang, bu rumah nenek ancurin juga ya," ujarnya. Lalu ia memberi tahu anaknya "jangan dihancurin nanti dede engga punya lagi rumah," jelasnya tanpa bisa menyembunyikan kesedihan, mengingat penggusuran yang telah disaksikan bersama anaknya, Selasa (08/02). 

Selama tiga hari setelah penggusuran, anaknya masih sering bermain ke reruntuhan rumah Anyer Dalam. Ada tembok walpaper rumah yang belum dibongkar memantik ingatan anaknya akan bangunan rumah kediaman mereka terdahulu.

Bahkan sering kali anaknya jatuh dan terluka di tengah reruntuhan tersebut, disebabkan terkena serpihan bangunan yang tajam. Namun karena keterikatan emosional dengan rumahnya, rasa sakit sekali pun tidak ia cemaskan. Selain itu, anak pertamanya yang sedang menempuh pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) juga mempertanyakan kondisinya yang demikian.

"Bu kenapa bu harus dibongkar? ungkapan itu kadang terlontar, pasti sedih ya dan engga bisa untuk ngejelasinnya. Karena mereka juga belum siap dan belum paham," ungkapnya. 

Selvia juga mengutarakan kekesalannya atas trauma yang muncul kembali ketika bertemu dengan Gerry selaku pengacara PT. KAI di persidangan Selasa (08/02). Perasaan untuk mengutarakannya semakin terasa, namun ia berusaha untuk menahannya. Ketika melihatnya, ia selalu teringat kembali kejadian saat Gerry mendatangi warga dalam pembongkaran paksa, dan sikapnya hanya melirik tanpa bergeming memberikan penjelasan sedikit pun. 

Namun ia yakin, bahwa warga Anyer Dalam tetap akan menang dengan adanya bukti yang kuat.

"Ditunggu saja nanti, mudah-mudahan menang. Buktinya pada dapet semuanya, kita akan kumpulkan dengan baik juga. Kadang ibu suka ngasih tahu, kalau jadi orang pinter dan orang baik, jangan seenaknya ya. Biar mereka lebih ngerti, masih ada perikemanusiaan buat kerja atau apapun," ujarnya. 

Lebih lanjut setelah rumahnya dihancurkan, akhirnya  ia memutuskan untuk tinggal dengan mertuanya. Tapi karena anak-anaknya masih sekolah di lingkungan rumah yang sudah tergusur, hal tersebut mengharuskannya untuk pulang pergi dari Tegalega ke Anyer Dalam. 

Dan baginya rumah terdahulu akan selalu menjadi tempat  ternyaman, karena bagaimanapun itu merupakan rumah keluarganya sendiri. 

Penulis : Sherani

Editor   : Dhila









Tidak ada komentar