Header Ads

PTMT Tidak Memberikan Kabar Gembira Kepada Pedagang Kantin


Situasi kantin menjelang pelaksanaan PTMT, Selasa (08/02). Benta.

Lengkong Besar, BPPM Pasoendan - Pertemuan tatap muka terbatas (PTMT) yang dilaksanakan pada Senin (14/02) tidak memberikan kabar gembira kepada pedagang kantin. Pasalnya pedagang kantin tidak diizinkan berjualan di kantin FISIP UNPAS. Adanya upaya kebijakan kantin ini untuk menghindari terjadinya kerumunan di sekitar lingkungan kampus.

Endang Mulyana (50) salah satu pedagang yang berjualan di kantin Unpas Lengkong Besar atau yang akrab dikenal dengan panggilan Abi ini menyatakan perasaan keberatan terkait ditutupnya kantin selama PTMT berlangsung. Menurutnya kantin yang ditutup karena alasan kerumunan tidak relevan, dengan adanya PTMT ini tentu akan ada kerumunan yang dihasilkan oleh mahasiswa.

"Masalahnya kan, kalo emang kantin ditutup, itukan mahasiswa masuk, tetap ada kerumunan, iya kan" ucapnya.

Endang juga menambahkan, seluruh pedagang mengharapkan adanya rapat antara pihak Unpas (Universitas Pasundan) dengan para pedagang terkait tidak diizinkannya kantin berjualan selama berlangsungnya PTMT di kampus.

"Kami sebagai pedagang mengharapkan adanya rapat dari rektorat sama semua pedagang, jadi semua pedagang ingin memberikan solusi terhadap rektorat, bagaimana caranya untuk bisa meminimalisir untuk, gimana caranya sekian persen masuk ke kampus atau sekian persen masuk ke kantin," jelasnya.

Ditutupnya kantin selama PTMT ini membuat beberapa pedagang kehilangan tempat untuk berjualan. Seperti yang dialami oleh Damin (54) penjual nasi rames, yang tidak memiliki tempat berjualan selain di kantin belakang kampus FISIP Unpas. Hal tersebut membuat Damin memilih untuk pulang ke kampungnya yang terletak di daerah Garut.

"Enggak ada, gak punya, cuma di kantin aja, kalo gak jualan ya saya pulang kampung aja ke garut," ungkapnya.

Selain Damin, hal serupa juga di alami oleh Opa Mustopa (46) pedagang rokok dan kopi, yang mengharuskan dirinya berjualan keliling, karena tidak memiliki tempat lain untuk berdagang. Opa berharap kantin tetap dibuka, dan dirinya dapat berjualan di kantin belakang kampus FISIP Unpas.

"Ya harapan mah dibuka weh gitu, ya atuh kan perlu jualan udah lama libur. Keliling udah cape hampir 2 tahun. Libur berdagang 2 tahun lebih, semenjak corona dari bulan maret 2019. Berarti udah 2 tahun libur disini mah. ya paling keliling weh terus-terusan, udah cape. Sekarang juga masih keliling," pungkasnya.

Keputusan ditutupnya kantin ini berlaku bagi semua kantin yang berada di Unpas. Baik Unpas yang berada di kampus Taman Sari ataupun Unpas Setiabudi. Pihak universitas sudah menurunkan SK rektorat terkait hal ini. SK tersebut kemudian disosialisasikan ke setiap fakultas, lalu dari pihak fakultas mensosialisasikan kepada pedagang kantin.

“Ya sebetulnya ada SK rektor ya, yang ke fakultas-fakultas ya, kalo ke pedagang-pedagang mah enggak sih, Cuma langsung dari pihak fakultas biasanya yang sosialisasi itu ya. jadi kita tidak diskriminasi bahwa kampus lengkong aja yang tidak boleh dagang, tapi kita melakukan sama, semua kampus untuk sementara tidak boleh ada jualan,” ujar Yayan Mulyana selaku Kepala Bagian Rumah Tangga saat ditemui di Gedung rektorat, Unpas Taman Sari, Senin (14/02).

Belum ada informasi jelas terkait sampai kapan ditutupnya kantin yang berada di seluruh Unpas. “Ya belum jelas ya, soalnya kebijakan masih tarik ulur ya, kita juga kan liat kondisi pandemi seperti begini, belum bisa menentukan kapan, pimpinan menentukan, bahwa itu sudah kembali normal,” tambahnya.

Menurutnya, Universitas tidak dapat memberikan kebijakan lain terkait ditutupnya kantin ini. Salah satu faktornya adalah perilaku mahasiswa yang sulit diingatkan untuk tidak berkerumun.

“Pada real nya itu ya, pada saat nangkring, kadang-kadang mahasiswa juga, agak sulit juga untuk di arahkan sama satuan pengaman. Kadang-kadang kan kalo merasa nyaman, kalo terusik gitu ya, jadi nerimanya jadi ga enak gitu ya. Bukannya satpam tidak bisa tegas, tapi menghindari gesekan dengan mahasiswa, mungkin itu aja barangkali,” tutupnya.

Penulis : Benta

Editor : Dhila

Penyunting : Sherani


Tidak ada komentar