Header Ads

Pernyataan Sikap Kami Terhadap PKKMB 2017

Editorial, BPPM-- Kegiatan PKKMB FISIP Unpas 2017, kembali menghadirkan Panitia Komisi Disiplin (Komdis) agar pelaksanaan berbagai kegiatan dalam acara PKKMB tahun ini berjalan dengan efisien dan efektif. Kehadiran Komdis juga dianggap mampu mengakomodasi mahasiswa baru yang masih membawa kultur SMA-nya supaya lebih disiplin dan mudah untuk diatur.

Selain dikarenakan oleh alasan teknis di lapangan, kehadiran Komdis dalam PKKMB 2017 juga sebenarnya di dasarkan pada tradisi turun-temurun yang telah menjadi common sense di FISIP Unpas. Seperti yang diungkapkan oleh ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa, Deni Mujahidin saat berkunjung ke sekretariat BPPM Pasoendan pada 6 September 2017. "Keberadaan Komdis di PKKMB merupakan cara FISIP dalam menyambut mahasiswa baru, dan itu sudah berlangsung dari tahun ke tahun," katanya.

Perlu kita ketahui bahwa keberadaan Komdis memang sangat membantu divisi-divisi kepanitian lainnya dalam hal teknis di lapangan, (mungkin) terkecuali bagi Divisi Medis yang kebanjiran pasien saat Komdis melakukan pengkondisian terhadap mahasiswa baru (maba). Ada juga desas-desus kalau mereka (maba) mencoba menghindari keberadaan Komdis dengan melakukan cara yang demikian.

Meski tidak ada relevansi yang logis antara Komdis dan maba yang tiba-tiba jatuh sakit, di sini kami menilai bahwa persoalannya adalah kesiapan fisik dan mental maba itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Tatang Taryana, salah seorang wali mahasiswa baru yang juga merupakan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Menurutnya, ketika keadaan mental seseorang tertekan maka kondisi fisiknya pun akan mengalami penurunan, dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh BPPM, ternyata ada 2 orang peserta yang harus dipulangkan di hari pertama PKKMB karena sudah tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan lebih lanjut. Sementara 1 orang di antaranya dilarikan ke puskesmas terdekat karena harus segera mendapat penanganan ahli.

Selain itu, persoalan maba yang harus menunduk di hadapan Komdis, seolah mengingatkan kita semua kepada sejarah Bangsa Indonesia yang harus hidup dengan merangkak-rangkak di hadapan orang lain.

"Di FISIP Unpas tidak ada senioritas," kata Ketua Pelaksana PKKMB 2017 Pangki Kamal Fauzan.

Dalam hal ini, persoalan sebenarnya bukanlah keberadaan Komdis, tetapi cara bersosialisasi mereka dengan maba yang menekankan sifat koersif. Seperti kalimat-kalimat; "Nunduk ujang, nyai!", "Tutup telinganya!," "Itu yang pakai make up mau PKKMB atau fashion show?," (padahal panitia sendiri memakai make up), dan beberapa kalimat lainnya yang sebenarnya tidak perlu untuk disampaikan kepada maba.

"Tindak kekerasan psikis itu sebenarnya tidak boleh, seperti yang sudah disampaikan oleh Pak Dekan," kata Wakil Dekan III, Sumardhani, ketika ditemui BPPM di ruangannya.

Dalam pertemuan yang kami lakukan dengan Wakil Dekan III, ia juga berterus terang bahwa sertifikat PKKMB yang di elu-elukan sebagai salah satu syarat kelulusan hanyalah rumor yang diciptakan oleh pihak panitia, karena sampai saat ini tidak ada aturan tertulis yang melegitimasi hal tersebut, baik untuk tingkat Universitas maupun Fakultas.

Namun di sini, kami benar-benar mengapresiasi panitia PKKMB 2017, karena tanpa kehadiran mereka, mahasiswa baru tidak akan mendapat kesempatan yang luar biasa untuk mengenal kehidupan kampus yang akan segera mereka jalani.

Tetapi terlepas dari hal itu, bagaimanapun juga kami tetap berprinsip bahwa mendiamkan kesalahan adalah sebuah kejahatan, maka dari itu kami harap untuk ke depannya tidak ada lagi bentuk-bentuk koersi dalam kegiatan semacam ini, apalagi sampai membohongi mereka demi suksesnya acara.

Bukankah kita telah bersumpah sebagai Mahasiswa Indonesia? Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan?

Sudah saatnya kita harus berani menyatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, menjadi seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa.

Kami ingin melihat mahasiswa bertindak sebagai manusia-manusia yang wajar, jujur, dan bebas mengekspresikan dirinya. Manusia-manusia yang berkepribadian, tetapi tidak berlebih-lebihan.

BPPM Pasoendan

7 comments:

  1. Hmm... tapi kalau tidak ada Tatib / Komdis gimana mau terbentuk mentalnya?? Dari yang gue lihat ya, mahasiswa baru tuh rata2 olo2, karna kalian tau sendiri gimana anak baru jadi mahasiswa.. coba sekarang kegiatan entah ospek lah atau pkkmb lah secara mahasiswa baru, tapi melanggar aturan yang dimana aturan itu diutamakan kerapihan dan kedisiplinan, masa pake make up? Emang bener apa faedahnya pakai make up dlm kegiatan pengenalan seperti opmb atau pkkmb? Disini peran tatib sangat besar loh... kalo gakada tatib juga gabakal beres kegiatan pkkmb, yang ada mahasiswa baru gak bisa diatur, susah bgt diatur... kayaknya ngegampangin bgt kalian ya ngebuat mental org tuh gimana? Kalo buat medis sendiri.. itu ngeluh ya yg jadi medisnya? Yg namanya medis fungsinya apa coba? Jgn2 yg bikin berita anak medis fisipnya lagi.. medis mah emg udh tugasnya gitu lagi... dan itu 2 org yang pulang juga udh punya penyakit yg emg di wanti2 dari sebelumnya karna medis udh nandain pake pita org2 yg punya penyakit berat dan ringannya.. jd emg udh diantisipasi jadi tatib juga ngerti dan tatib juga ngerti... dan satu lagi, kalian jgn bawa2 nama mahasiswa lah, apalagi sumpahnya... kalian udh bener emang bawa2 sumpah mahasiswa? Bahasa tanpa kebohongan? Bahasa kalian tanpa kebohongan emang? Kalo gitu balikin komen2 yg di hide tuh.. kenapa coba komen2 ada yg di hiden?? Sama sekalian bawa dong berita pkkmb yg di tamsar sama setiabudi jgn berani di fisip doang... mau naikin ratting? Bhak

    ReplyDelete
  2. Iya pers memang bebas menyampaikan aspirasi, tapi bukan berarti tidak di pikir dulu:) hehe coba piknik dulu geh ke fakultas lain atau ke kampus lain. Skrng gini deh memang yang benar untuk membentuk mental bagaimana? Sementara disamping itu kita tau anak anak SMA jaman skrng udah kaya apa pergaulannya:) apa salahnya kita sadarkan kalau masuk kuliah itu sudah bukannya main main, sudah bukan saatnya ajang gaya gayaan, cara mendidik tatib seperti itu sebenarnya ada artinya juga kalau anda juga kritis :) dan arti nunduk kepada ujang nyai juga bukan berarti mereka harus nunduk pada siapapun selain tuhan menurutku. Tidak juga mengingatkan kepada indonesia dulu yg harus merangkak.ini sudah jaman mana? Sering sering lah ambil arti arti yg positivenya. Ambil filosofi2 yg positive nya. Negative mulu mah cape hati situnya ntar

    ReplyDelete
  3. oke mungkin itu opini dari akang selaku mahasiswa. saya mewakili team redaksi dan seluruh anggota bppm mau menjelaskan,
    1. mental tidak dibentuk dengan 2 hari saja, mahasiswa baru akan tau dan sadar tanpa perlu menggunakan kata" yang membuat mereka mereka down,
    2. kami sangat setuju dengan adanya komdis seperti yang sudah dijelaskan dieditorial kami, tapi dengan pengertian kami setuju hanya untuk mengefisiensikan waktu mengatur maba. itu dari sudut opini kami
    3.OFTL; mungkin akang belum update tentang peraturan baru, informasi sekarang bukan disebut opmb tetapi pkkmb ( bisa disearce google pengertiannya )
    4. coba diperjelas lagi kata medis yang mengeluh, karena editorial ini tidak ada sangkut pautnya dengan hal seperti itu, opini dari akang juga mohon di filter agar tidak menimbulkan opini baru,
    5. soal sumpah mahasiswa ' bisa lebih di jelaskan mana dari bahasa kami yang merupakan bahasa kebohongan " karena belum tentu opini akang adalah sesuai fakta kami.
    6. kami bppm tidak pernah takut apalagi harus menghide opini kalian. untuk akun teh adelia rianti putri komennya bisa langsung di up lagi karena di web kita tidak bisa dimunculin komen dari akunnya.( mungkin ini bisa dianggap alesan dari pandangan opini kalian tapi kami tidak perlu memperjelas panjang lebar tentang komen yg di hide ini, bisa langsg dikomen di sosmed lain kami juga jika itu memang dianggap fakta yg sesungguhnya oleh pandangan kalian
    7.kami adalah lembaga pers fakultas fisip bukan universitas, ranah utama kami adalah kampus fisip, tetapi kami tidak melupakan kampus utama jadi kami tetap meng-up berita tingkat universitas. tetapi karena keterbatasan kmi sebagai lembaga fakultas kami tidak bisa seenaknya meng-up berita mereka.
    8. kami tidak butuh rating tinggi karena kami bukan media penyiaran tv yg kebnyakan digunakan untuk politik kebohongan publik yang dangkal. cukup dengan menjalankan tugas sesuai dengan aturan kampus dan aturan kebenaran yg ada, itu merupakan hal yg patut kmi perhatikan,karena kami tidak butuh seribu orang tetapi hanya seorang pembohong dan tidak berlogika
    9. disini kami menggunakan editorial karena melihat pendapat mahasiswa baru dan keluh kesah mereka tentang bagaiana rasanya phsikis sebagai sasaranya.kami jembatan aspirasi mereka, dan karena sudah sangat dijelaskan dan ditekankan oleh dekan dan wadek fisip unpas tidak ada yang namanya kekerasan fisik dan psikis dalam hal pkkmb
    10. kami harap akang bisa ,menggunakan hak jawab dengan bijak, sebagai mahasiswa.
    11. mungkin merasa jawabann ini belum terpenuhi silahkan langsug berbincang dengan kita, dengan etika yg baik
    12. opini mahasiswa adalah pertimbangan kami . karena kami selalu memperhatikan nasehat dan pendapat dekan dan wadek fisip unpas selaku pembimbing juga pemimpin yang membiayai fasilitas kami

    terahkir saya selaku presiden bppm berharap kita bisa lebih bijak dengan opini yang dikeluarakan, mungkin akang lebih dewasa yang lebih bisa mengerti dari sya yang baru semester 5 ini. sya tau kalian punya hak untuk berpendapat tetapi jgn lupa juga kita punya hak sama seperti kalian jadi tolong hargai itu,

    semua berita yg kita terbitkan berdasakan pertimbangan dan tidak bermaksd menyuduktan satu pihak jika merasa tersudutkan silah berikan pendapat dengan etika yg benar, edtorial ini menjebatani aspirasi dan opini kami juga mahasiswa baru.

    ReplyDelete
  4. iya kang makasih lgi untuk opininya . soal kata makeup dan pergaulan mereka nih, bagaimana dengan mahasiswa lain yg tidak seperti itu dan kebetulan merekalah yg menjdi sasarannya, sehingga merasa wah gara' mahasiswa yg seperti itu sya ditegur, itulah makanya editorial ini dibuat.coba pikirkan dari sudut mahasiswa juga kang,menurut kami dengan cara dibicarakan dengan disiplin yang benar saja kmi rasa mereka mengerti,toh mahasiswa juga bakalan sadar dimana keberadaan dan tempat mereka.

    tadi kami melakukan liputan mabim di 5 jurusan kami rasa tanpa komdis mereka sangat teratur dan mengikuti prosedur, malah kami bangga mereka mahasiswa baru berani bisa kritis mau mengeluarkan opini dan semangat dengan cara mereka sendiri ddan sangat membanggakan kampus fisip

    oftl; untuk kunjungan ke fakultas lain kami rasa kita tidak perlu membandingkan tingkat dan cara mendisiplinkan fisip dengan yang lain, cukup kita atur bagaimana baiknya sehingga bisa terjalin kesuksesan antara kita dan mahasiswa baru. kmai sangat memperhatikan hal seperti ini kami kritis dalam hal yang kami mngerti dan anggap benar kang, dan rektor unpas sendiripun tidak mengijinkan adanya pendisiplinnan yang melibatkan fisik dan pshikis kang di kampus kita . sekali lagi ini adalah editorial kami. terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah emang anda lihat mahasiswa yg gak pakai make up ditegur? Anda ada disitu dong selama pkkmb? Wah wah.. kan sudah ada aturan pihak swasta tidak boleh sampai mendapat informasi dan foto dalam kegiatan itu, sudah di tandatangani dekan juga, anda muka dua dong? Dibilangjn baik baik? Pkkmb universitas juga kalau menasihati mahasiswa harus bagaimana juga bisa, anda gampang bilang seperti itu, tapi coba lihat zaman makin lama makin beda, karena apa? Karena generasi baru sekarang generasi manja, coba lihat anak zaman sekarang seperti apa?

      Ya mabim mah beda lah fase nya. Dia lebih ringan dari segi waktu ditambah mabim jurusan itu diadakan setelah pkkmb/opmb jurusan, ya gabisa dibandingin lah. Kalo mau ngebandingin tuh sama pkkmb/opmb fakultas lain gimana kondisi mahasiswanya, cari yang ada komdis nya, pasti tidak akan ketemu.

      Kenapa gaperlu dibandingin? Ya kalian sebagai media harus tau juga dong dari masing masing fakultas. Baru kalian bisa berpendapat apakah ini tentang apa yang kalian beritakan ini. Cari tau lebih dalam lah. Jangan di satu ranah aja. Kalian ini media lho.
      Tidak kalian tidak kritis. Kalian menganggap kalian sendiri yang kritis. kalian hanya melihat banyak dari satu sisi saja. Kalian setuju karena adanya komdis dalam komen kalian itu, tapi secara tidak langsung kalian tidak setuju dengan adanya komdis. Kalau kalian tidak bermaksud seperti itu, berarti bahasa kalian kacau. Lebih baik hapus saja berita ini atau di sunting kembali.

      Delete
  5. Anonymous open your identity please:)
    Mmm btw udah baca sk dari menristekdikti?

    ReplyDelete
  6. @anonymous kang punten untuk klarifikasinya bisa langsung kesekre kita. kita siap menerima hak jawab akang atas protes terhadap editorial kita. mungkin komen disini belum puas dan belum jelas. gimana kalau kita ngobrol aja kang nuhun.dan juga karena akangnya hiden identity kita tidak tau dengan jelas seperti apa prosedur penjelasannnya terhadap opini akang dan opini kita. kita berharap kita sama' tidak membuat profokasi baru atas opini kita masing'. bisi melanggar penggunaan cyber medianya.mungkin sebagai mahasiswa akang bisa lebih dengan bijak mengerti akang maksud kita. nuhun :)

    ReplyDelete