Header Ads

Terbukanya Wawasan Foto, Hindari Jurnalistik Instan

Foto bersama pada pembicara dalam talkshow "Wartawan Foto Bicara" pada Selasa, (13/02). Dari kiri- Arif Danun, Prima Mulia, Henrycus Napitsunargo, Yulia Segarwati, Arkam, Willy.

pasoendan.co – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) FISIP Unpas siang tadi mengadakan talkshow bertema “Wartawan Foto Bicara: Foto Jurnalistik di Era Milenial” bertempat di Aula Suradiredja, FISIP Unpas, Selasa (13/02).

Acara ini diselenggarakan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa bahwa jurnalis foto penting dalam era melenial saat ini.

“Fotografi sekarang itu penting di era milenial, acara kami buat untuk memberikan wawasan kepada  mahasiswa khususnya untuk mahsiswa angkatan 2017, sehingga dapat mengenal fotografi agar mereka tidak kaget untuk semester berikutnya,” jelas Willy Santoso, Ketua Pelaksana Acara.

Menurutnya sekarang ini jurnalis foto sudah kurang pamor, dimana banyak media media sosial lebih cepat tangkap dari pada seorang jurnalis, sehingga jurnalis terlihat punah.

“Targetnya sesudah acara ini semoga mahasiswa yang menyukai fotografi bisa menjadi fotografer profesional dan dapat memberi ilmunya lagi ke adik-adik angkatan mereka. Juga memberitahu bahwa fotografi itu sangat penting di era melenial,” tambahnya.

Jurnalistik Instan

“Dalam dua tahun terakhir ini, jurnalis sekarang menjadi ‘jurnalis instan’ jadi dia gak kenal proses atau kadang dipaksa untuk tidak berproses. Jadi ketika dia baru masuk beberapa bulan di media dia dilepas begitu saja ke lapangan," ujar Prima Mulia, selaku Wartawan Foto Tempo saat diwawancara BPPM Pasoendan seusai acara.

Menurutnya banyak tantangan yang harus dilalui oleh jurnalis, mulai dari tantangan di lapangan seperti panas-panasan, kehujanan, sampai uang suap.

"Kalau tidak dibekali dengan wawasan yang cukup, kadang orang bingung ini apaan ngasih amplop,” katanya.

Kemudian dia menjelaskan bahwa industri media perlu memberikan pendidikan internal untuk para jurnalis baru, sehingga para jurnalis sudah memiliki bekal pendidikan ketika hendak dilepas ke lapangan.

“Biasanya ketika para jurnalis dilepas mereka harus mengambil berita feature dulu, karena feature dapat membantu menambah wawasan dan membuat gaya dia dalam menyajikan berita. Baru nanti ada pendidikan lanjutan lagi untuk menyesuaikan penempatan dan rolling kerja dalam menulis berita,” ujarnya.

Ia memberikan tanggapan positif terhadap foto-foto hasil jepretan mahasiswa. Menurutnya banyak mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk jadi wartawan foto.

"Beberapa foto ada yang hitam putih dan menarik, foto yang berwarna mengungkapkan mahasiswa sudah bisa mengolah objek/subjek foto yang diambil," tutupnya.

(Reno Reptri, M. Farhan)

No comments