Menilik Lebih Jauh Keberagaman Agama lewat Cafe Religi BEM FISIP Unpas
Gambar
: Doa lintas iman oleh para narasumber dalam acara Cafe Religi
Sumber
: Erron Dwi Putra Katuwu
BPPM
Pasoendan - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan (Unpas) selenggarakan
Cafe Religi yang bertajuk “Ngulik Beda Keyakinan” (NguBEK Unpas). Diskusi ini
dilaksanakan secara tatap muka di Aula Soeradiredja FISIP Unpas dengan
menghadirkan 8 pemuka keyakinan meliputi Buddha, Hindu, Konghucu, Islam,
Katolik, Protestan, Baha’I, dan Penghayat serta dihadiri oleh mahasiswa, pada
Rabu, 11 Desember 2024.
Berkolaborasi
dengan Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB), BEM FISIP Unpas melalui
Kementerian Agama ingin memberikan wadah diskusi bagi mahasiswa FISIP Unpas tentang
toleransi beragama. Ini dilatarbelakangi atas kurangnya pemahaman toleransi
beragama di lingkungan FISIP Unpas.
“Untuk
acara ini sudah dipersiapkan semenjak awal terbentuknya kabinet, acara ini
harus terjadi. Karena aku merasa bahwa di sini kita (mahasiswa) itu kurang
pemahaman tentang toleransi beragama. Makanya kami ingin mewadahi para
mahasiswa FISIP Unpas dan juga masyarakat umum untuk (menunjukkan) ini loh ada
toleransi beragama, ada wadahnya, (sehingga) kita disini bisa diskusi santai”
Ucap Eras Muzdalif, Menteri Agama BEM FISIP Unpas.
Ia
kemudian menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan agama-agama
lain yang mungkin kurang dikenal atau belum dipahami oleh masyarakat di
lingkungan FISIP Unpas. Melalui dialog ini ia berharap peserta dapat memperoleh
wawasan baru tentang keyakinan-keyakinan lain, sehingga mampu melihat
keberagaman agama secara lebih terbuka dan menghargai setiap perbedaan yang
ada.
“Tujuan
yang utamanya ingin mengenalkan agama-agama (lain), karena mayoritas di
(lingkungan) kita Islam, maksudnya pasti ada beberapa orang atau mungkin
sebagian besar juga kurang memahami agama-agama yang selain mayoritas Islam ini.
Jadi kita disini mewadahi supaya (tahu) Kristen itu begini, Katolik, Hindu,
Buddha itu begini” Ungkapnya.
Mengenai
Cafe Religi dengan tema NguBEK Unpas, Fadil Rehan Kusnadi, Anggota JAKATARUB sekaligus
Koordinator BALAD (Bandung Lautan Damai) 2024 menjelaskan bahwa tema ini
dipilih guna menjadikan kegiatan ini sebagai wadah diskusi yang tidak hanya
satu arah, melainkan melibatkan interaksi dan respon dari semua pihak yang
terlibat.
“Kegiatan
ini bukan seminar karena (menurut kita) kalo seminar itu terlalu kaku dan sangat
akademis, sehingga (nanti) tidak akan melahirkan diskusi-diskusi mendalam. Dan
kenapa kafe? Kita menginginkan kegiatan ini seperti nongkrong di kafe, dengan
diskusi-diskusi timbal balik. Jadi nanti akan dibuat kelompok-kelompok kecil (dimana)
setiap kelompok ada perwakilan dari berbagai agama. Peserta boleh pilih kemana saja,
mau ngobrol dengan orang Kristen atau Buddha. Makanya kita namai Cafe Religi,
jadi biar seperti di kafe, nongkrong di kafe, tapi nanti yang di dapat bukan
kopi tapi pengetahuan tentang agama-agama yang ada di Indonesia” Ujarnya.
Melalui
dialog ini, Fadil berharap Unpas dapat menjadi kampus yang inklusif bagi semua
agama. Ia juga berharap masyarakat FISIP dapat lebih menghargai perbedaan dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, sehingga diskriminasi terhadap
kelompok minoritas tidak lagi terjadi.
“Setelah
kegiatan ini, tentunya (semoga) Unpas menjadi kampus yang inklusif bagi semua
agama. Kita tidak ingin ada diskriminasi lagi terhadap minoritas. Mungkin dengan
acara ini, teman-teman Unpas bisa saling mengharagai perbedaan, khususnya
perbedaan agama. Karena untuk saling mengenal dan saling menghargai itu harus
ada dialog, dan kegiatan ini sebagai pemantik awal untuk berdialog” Ungkapnya.
Sebagai
penutup, Fadil menekankan bahwa meskipun terdapat perbedaan agama, berdialog
tentang agama tidak seharusnya dianggap sebagai topik yang sensitif atau memicu
perdebatan. Sebaliknya, ia melihat pembahasan mengenai agama sebagai sesuatu
yang menarik dan menyenangkan, karena dapat membuka wawasan baru serta
mempererat hubungan antarindividu yang berbeda keyakinan.
“Sebenernya
gapapa kok orang Islam dengan orang Kristen berbicara tentang agama itu bukan
hal yang sensitif. Kita bisa mengobrol santai tentang agama. Agama itu tidak
selalu menjadi hal yang sensitif dan hal yang perlu diperdebatkan, (Agama) bisa
menjadi hal asyik untuk diperbincngkan” Pungkasnya.
Penulis
: Rara Assadya Putri Bandung
Penyunting
: Erron Dwi Putra Katuwu
Beri Komentar