Header Ads

Kesaktian Pancasila Hanya Wacana, Indonesia Bisa Bubar

Ahmad Zakiyuddin (kanan) dosen FISIP Unpas, saat dilantik menjadi Ketua Presidium ICMI Muda Pusat beberapa waktu lalu di Bandung.
Lengkong Besar, BPPM -- Hubungan kesaktian Pancasila dengan semangat revolusi mental pada pemerintahan Jokowi-JK belum menginspirasi kesadaran berbangsa dan bernegara, khususnya di kalangan anak muda. Indikatornya, anak muda saat ini belum bisa berbuat banyak mengambil peranan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila di berbagai bidang kehidupan.

Dosen FISIP Unpas, Ahmad Zakiyuddin menilai hal tersebut merupakan kesalahan pemerintah. Sejauh ini pemerintah masih menyikapi Pancasila dalam tataran wacana saja. Tidak ada bentuk konkret dan upaya maksimal dalam membumikan nilai-nilai Pancasila khususnya pada anak muda.

“Indonesia bisa bubar, kalau pemerintah membiarkan hal ini. Bhinneka Tunggal Ika bisa hanya tinggal nama,” tegas Zakiyuddin dalam diskusi hari kesaktian Pancasila bersama rekan pers mahasiswa di sekretariat Badan Penerbitan Pers Mahasiswa FISIP Unpas, Sabtu (1/10).

Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara akan berbahaya jika hanya sekadar wacana. Zakiyuddin menuturkan pada akhirnya setiap kelompok bisa membuat kebenaran versi penafsiran masing-masing jika Pancasila dibiarkan mati.

“Ini jelas berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konflik horizontal bisa terjadi di mana-mana,” katanya.

Zakiyuddin menilai pemerintah tidak serius terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila. Ia melihat dari aspek pemimpin Negara yang sejauh ini kurang memberi contoh keteladanan terhadap anak muda.

“Hal itu membuat anak muda semakin apatis dengan kondisi bangsa dan Negara. Banyak para pemimpinnya yang terjebak korupsi belum lagi konflik vertikal antar pimpinan lembaga Negara,” jelasnya.

Pemerintah, lanjut Zaki, seharusnya menjadi lokomotif yang mampu memberi contoh keteladanan Pancasilais terhadap rakyat, tidak lagi mengumbar konflik di tingkat elit.

“Kalau terus-terusan begini, Pancasila akhirnya tidak menginspirasi masyarakatnya dalam hidup berbangsa dan bernegara, yang ada masyarakat bisa terpecah belah,” tambahnya.

Semangat Pancasila tidak terlihat, semua komponen kehidupan berbangsa sudah mengalami liberalisasi dan terkapitalisasi. Pada akhirnya keadilan sosial dan kepentingan nasional dianaktirikan oleh kepentingan kelompok dan golongan.

“Sekarang coba, dimana ada program yang betul-betul serius mensukseskan Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutup Zaki. (Billy)

No comments